Remy Sylado, salah seorang penggiat seni yang melahirkan banyak karya-karya masterpiece di bidang sastra, musik, teater, dan tetap aktif hingga saat ini. Maka daripada itu, Dewan Kesenian jakarta mengundang beliau untuk berbagi pengalaman, pemikiran, dan tentu saja proses-proses kreatifnya hingga mencapai tahap seperti sekarang.

Dengan dimoderatori oleh Martin Aleida, hadir pula dr. Prima sebagai pembicara dalam acara “Bincang Tokoh” perdana tersebut. Ruang Galeri Cipta di hari Jumat siang (21/5) tersebut penuh dengan orang-orang yang menggemari karya-karaya Remy, atau sekedar ingin tahu, seperti apa orang yang pernah mendapatkan penghargaan dari MURI atas melalui buku kumpulan sajak tertebal, Kerygma & Martyria yang berjumlah 1.056 halaman. Untuk sekarang, karyanya yang berjudul “Aku Mata Hari” terbit di harian Kompas sebagai cerita bersambung.

Remy yang memiliki nama asli Yapi Tambayong pernah dianugerahi hadiah Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi, dan novelnya yang berjudul Ca Bau Kan juga juga sempat diangkat ke layar lebar oleh sutradara Nia Dinata di awal tahun 2000-an. Program “Bincang Tokoh” ini merupakan program baru Dewan Kesenian Jakarta yang salah satu tujuan utamanya memberikan ruang diskusi yang tidak berjarak antara siapapun peminat sastra dengan tokoh sastra Indonesia yang telah teruji kualitasnya. Ruang seperti inilah yang diharapkan akan memberikan inspirasi dalam mengembangkan dunia kesusasteraan Indonesia di masa mendatang. (www.indonesiakreatif.net)